Sabtu, 19 November 2016

Dibalik Turnamen Bola



"Bu, kasian tim u 11.." teteh menghampiri saya setelah 20 menit berpanas panas ria ditengah lapangan menyaksikan turnamen sepak bola anak yang diadakan di bumi perkemahan Cibubur memperebutkan piala raja, diikuti lebih dari 50 tim sepak bola.Anak saya  Hajran (anak ke 2)dan Jaisy (anak ke 3) mengikuti turnamen dalam tim yang sama tapi berbeda angkatan, Hajran U 11, maksudnya tim dengan seluruh pemain 11 tahun dan jaisy U 9, tim dengan seluruh pemain 9 tahun.
"Kenapa?" Jawab saya
"Tadikan kebobolan, kipernya dimarah-marahin sama bapak nya, sampai nangis terus terusan.."
Wah....prihatin saya mendengarnya, saya jadi bertanya dalam hati, sebenarnya siapa yang punya ambisi? Anak atau orang tua?
Saya mengerti sekarang, kenapa banyak sekali kerusuhan kalau ada pertandingan sepak bola, karena ternyata banyak juga orang dewasa yang menghakimi permainan dan jadinya ya emosi...
Tim Jaisy, U-9
Buat saya bermain bola adalah salah satu cara untuk membentuk kepribadian anak, sebagai media anak untuk belajar, belajar tentang bekerja sama, belajar tentang siap dipimpin atau memimpin, belajar untuk mengendalikan emosi, belajar untuk berlaku jujur dan sportif dan tentu saja belajar tentang menerima kekalahan dengan lapang dada juga mensyukuri kemenangan dengan tidak tinggi hati dan angkuh.
Meskipun banyak cara dalam membentuk pribadi anak (tidak hanya sepak bola) ini hanya karena anak-anak saya saat ini tertarik untuk bermain bola.
Lagi pula bakat anak bukan hanya dalam satu bidang saja, masih banyak peluang-peluang lain yang bisa digali untuk menempatkan anak pada bakat yang benar -benar sesuai dengan dirinya.
Bahkan menurut ayah Edi dalam bukunya, "Memetakan bakat anak", bakat pada anak yang sesungguhnya akan terlihat pada saat dia berusia 13 tahun.Jadi masih banyak kesempatan untuk anak -anak mengasah diri nya dalam menemukan potensi yang sesuai dan tentu saja harus menyenangkan dalam menjalani bakat nya itu.
Tim Hajran, U-11
Oleh karena itu, menurut saya, bakat seorang anak bukan lah "ambisi" dari orang tuanya, semisal dulu ayahnya berkeinginan menjadi pemain bola dan kemudian anaknya juga suka bola, maka didorong dan selalu dipaksa untuk jadi pemenang...
Ahh..sesempit itukah pikiran kita tentang anak kita?
Anak juga mahluk Alloh, punya perasaan dan rasa yang sama seperti emak bapaknya...
Hargai setiap hasil dari perjuangannya, biarkan mereka menata jiwanya dengan menerima apapun hasil dari buah tangannya...
Dan biarkan mereka melangit dengan kemampuan cerdasnya namun pastikan kita,orangtua, tetap mengingatkannya untuk membumi, agar dapat menjadikannya generasi hebat dengan jiwa tetap rendah hati...
Dan akang Hajran hanya sampai posisi ke 8 dari 41 tim sedangkan Jaisy mendapat posisi ke 4 dari 20 tim. Meskipun tim Jaisy sempat menangis tapi kami orang tua tetap memberi semangat dan kami yakinkan dia pada saatnya mereka pasti akan menjadi pemenang…
Piala Tim Terbaik U-9





2 komentar: